Selasa, 12 Desember 2017

Surat Kecil Untuk Menteri Sri Mulyani

Foto : Instagram Sri Mulyani @smindrawati

Ada anak SD bernama Fadavi yang berkirim surat untuk keinginannya memiliki emas 1 kg dan 2 ekor kucing anggora laki dan perempuan, dan pulsa 200.000. Memang terlihat lucu dan menggemaskan. Surat ini terlihat dalam akun instagram Sri Mulyani di @smindrawati.
Permintaan itu dibalas oleh Sri dengan memuji murid tersebut yang senang memelihara kucing serta nasihat supaya tidak sering bermain telepon genggam.
Sri juga mendoakan Fadavi rajin belajar supaya bisa jadi orang yang sukses dan bisa cari emas 1 kilogramnya sendiri.
Murid bernama Khanza dalam surat berbeda juga menceritakan keinginannya untuk mengentaskan kemiskinan serta cita-citanya membangun rumah pengungsian untuk orang miskin.
Terhadap semua surat itu, Sri balas satu per satu dengan selalu mendoakan agar para murid terus giat belajar dan harapan menjadi anak bangsa yang berprestasi.
Dari surat kecil itu ada hal yang menggelitik di dalam benak pikiranku. Karena ini sebenarnya bukan celotehan jujur anak kecil saja. Akan tetapi keresahan mayoritas masyarakat Indonesia yang masih mengeluhkan mahalnya akses internet, banyaknya kemiskinan, dan Harga - harga yang mahal.
Bu Menteri yang terhormat, kami tidak butuh gratisan, kami hanya butuh harga murah. Karena kemandirian bangsa dilihat dari kemampuan daya beli.

Minggu, 10 Desember 2017

Perempuan, Rambutan, dan Rantai Makanan.

Kurang seperempat jam, setengah lima sore waktu Indonesia bahagia. Sebagai seorang Admin yang baik, pastinya punya role model tersendiri, untuk menghidupkan grup komunitasnya. Salah satunya dengan mancing kayak aku. Grup yang kunaungi namanya Jaringan Penulis Indonesia (JPI) meskipun anggotanya lebih banyak galaunya daripada nulisnya. 

Sebenarnya aku bukan admin grup satu- satunya yang ada di grup JPI tersebut . Tapi masih banyak yang lain, sebut saja Mawar dan Kumbang.

Dan yang ingin kusampaikan pada cerita kali ini adalah foto yang kukirim ke Grup JPI tersebut. Foto yang menampilkan adegan cukup berani, yakni cewek memanjat pohon Rambutan untuk mengambil buahnya. Foto yang kuperoleh dari teman lamaku waktu SMP bernama Putri. Bukan konco mesra tapinya, karena waktu SMP, aku belum terlalu akil baligh. Sehingga tidak begitu paham, bahwa begitu ajaibnya makhluk bernama perempuan.



Cukup seru komentar tentang foto itu, meskipun aku harus mengancam dulu, kalau ga komentar aku kick dari grup, dari dalam hati.

Hampir semua teman- teman di grup mengatakan sebuah keberanian seorang perempuan di atas rata- rata selayaknya perempuan.

'Super Women.'
'Usaha yang tidak pernah berhenti walau Wanita, tapi punya daya juang seperti Laki- laki.'
'Ora umum.'

Adapula pula yang komentar sepertinya dari hati yang paling dalam. Seolah- olah anggota yang komentar ini menemukan Oase dalam Gurun Sahara. Sebuah uneg- uneg yang telah lama dia pendam. Dia berkata, 'ini emansipasi wanita.'

Tapi beda denganku, aku melihatnya sebuah Rantai Makanan.






Sabtu, 09 Desember 2017

Wanitaku


Wanitaku
Aku tak mengenal wanita lain kecuali Mamaku
Mamaku yang selalu menyayangiku

Wanitaku 
Yang selalu memperhatikanku, menimangku dan mengenalkan dunia padaku

Saat ku kenal perempuan lain
Wanitaku sangat ketat padaku

Wanitaku ingin menjagaku

Hai Nak, Jangan kau sakiti hati wanita, karena mama juga wanita.

Wanitaku tlah tiada, 
Tapi senyumnya tetap ada.

Doanya tetap bagiku
Belaiannya masih untukku.

Kini Aku mengenalimu, kamu bukan Wanitaku.
Tapi kamu Kekasihku.

Dibuat di Turen Malang Sabtu  9 Desember 2017

Asal Usul Aksara Jawa

Makam keramat Mbah Setyo dan Mbah Setuhu yang berada di Alas Kramat, Desa Patok Picis, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, Jawa Timur, diyakini oleh masyarakat sekitar sebagai makam kedua tokoh legenda Ajisaka yang menurut cerita, kisahnya berhubungan dengan asal mula Hanacaraka (Aksara Jawa).

Jalan Menuju Makam Mbah Setyo dan Mbah Setuhu.

Konon, menurut cerita yang beredar dari leluhur warga Patok Picis, Setyo dan Setuhu ini bertarung sampai mati karena keduanya sama-sama kuat dan sakti, hingga akhirnya tewas di tempat ini.

Cerita tentang tewasnya Setyo dan Setuhu terdapat dalam legenda Ajisaka, dimana cerita ini mengisahkan tentang kedua utusan yang sangat setia dan teguh menjalankan amanat yang di berikan oleh Ajisaka. Tokoh Setyo dan Setuhu ada yang menyebutkan sebagai Alif dan Ana, ada pula yang menyebutkan sebagai Dora dan Sembada.

Menurut cerita Pak Sukirno, Juru kunci makam Setyo dan Setuhu, dahulu ada sebuah negeri di tanah jawa bernama “ Medhang kamulan “ yang dipimpin oleh seorang raja bernama Dewata Cengkar yang mempunyai kebiasaan buruk, yaitu suka makan daging manusia. Karena kebiasaan Rajanya tersebut, rakyat negeri ini menjadi ketakutan, hingga suatu ketika datanglah seorang pengembara bernama Ajisaka yang berhasil mengalahkan Raja Dewata Cengkar. Dewata Cengkar mencebur ke laut Selatan, Ajisaka kemudian menjadi raja dan memimpin Negeri Medhang Kamulan.

Pada suatu ketika, Ajisaka teringat dengan Keris yang dititipkan kepada abdinya yang bernama Setuhu di desa Sedaka Mulya. Ajisaka menitipkan sebuah benda pusaka berupa Keris kepada Setuhu dan berpesan kelak akan diambil sendiri dan jangan diberikan kepada siapapun. Namun, karena tidak bisa meninggalkan kerajaan, Ajisaka mengutus utusannya yang bernama Setyo pergi menemui Setuhu untuk mengambil barang titipan tersebut.

Belum sampai di Desa Sedaka Mulya keduanya bertemu. Setelah beberapa lama mengobrol, Setyo menyampaikan maksudnya untuk keris yang dititipkan kepada Setuhu atas perintah Ajisaka.  Setuhu menolak memberikanya, karena Ajisaka berpesan akan mengambilnya sendiri. Karena saling mempertahankan amanat yang diberikan Ajisaka, mereka akhirnya berkelahi sampai keduanya tewas beradu kesaktian yang sama-sama kuat.

Cukup lama Setyo yang diutus ke Sedaka Mulya tak kunjung kembali ke Negeri Medang Kamulan, ajisaka mendengar berita bahwa Setyo dan Setuhu tewas berkelahi. Ajisaka menyesali kejadian itu dan kemudian dia membuat sebuah karya yang berbunyi :

HA NA CA RA KA ( ada utusan )

DA TA SA WA LA ( saling bertengkar )

PA DHA JA YA NYA ( sama kuatnya )

MA GA BA THA NGA ( menjadi bangkai )

Karya ajisaka inilah yang konon di anggap sebagai awal terciptanya aksara Jawa.



Asal mula Aksara Jawa yang di kisahkan dalam cerita Legenda Ajisaka, cukup kontroversial bagi masyarakat jawa, terutama orang-orang suku  tengger. Masyarakat suku tengger memperingati kematian kedua utusan Ajisaka tersebut dengan mengadakan upacara Karo, upacara besar masyarakat suku Tengger selain upacara Kasodo.

Menuju tempat ini bisa di tempuh dari Kecamatan Wajak melalui empat arah, yaitu : Desa Patok Picis, Desa Dadapan, Desa Beringin dan Desa Bambang. Kita akan disuguhkan pemandangan hutan pinus dan sungai yang membelah bukit tersebut saat menuju makam tersebut.

Banyak peziarah yang datang ke tempat tersebut, baik orang Jawa maupun bukan Orang Jawa. Dan paling ramai pada saat Malam Jumat Legi. Bahkan ada yang menginap hingga 1 bulan.

"Paling ramai ya malam jumat pengunjung sampai 30 orang lebih, bahkan ada yang menginap sampai sebulan melakukan ritual di makam di sini berharap dapat berkah," kata Juru Kunci, Sukirno.

Rabu, 06 Desember 2017

Sinopsis FTV AROMA CINTA PEMBUAT TERASI (Belum Produksi)

Written By: Adit Mahatva

Dhimas (23/L) Wartawan dari sebuah Majalah bulanan ternama Jakarta yang fokus pada Seni dan Budaya Indonesia dikejar deadline harus menyelesaikan artikel tentang kisah legenda Ratu Pantai Selatan. Yang terkenal di pesisir selatan pulau Jawa. Karena salah ikut travel, bukannya ke Pantai Pangandaran dhimas malah menuju ke Keraton di Cirebon. Dhimas kebingungan, dia marah- marah. Namun dilihat lagi memang Agen travel yang ia tumpangi khusus untuk Trayek Jakarta- Cirebon. Jadi Orang kantor salah memesan kan tiket travel untuknya. Bukan Tujuan Pangandaran malah Cirebon.

Di tengah- tengah kerumunan acara Festival Budaya Cirebon, Dhimas ketakutan karena ada penari Topeng yang kesurupan,  saat mencoba menjauhi festival itu tidak sengaja Dhimas menabrak stand jualan oleh- oleh khas cirebon, yakni terasi. seorang penjual terasi. Hal ini membuat Dhimas makin kesal,  namun Perempuan itu malah memarahi Dhimas, karena membuat dagangannya berantakan.
Dhimas harus memutar otak, bagaimana caranya bisa menuju Pangandaran, namun sinyal hape juga sulit. Sehingga Dhimas tidak bisa menghubungi kantor redaksi majalah tempat nya bekerja untuk meminta tiket ke Pangandaran.
Dhimas berjalan kemana kemari, dia bingung nyari sinyal, sekali ketemu dia harus memanjat pohon mangga depan rumah orang.

Saat telpon, pihak kantor Majalah, pihak Redaktur pun malah ingin Dhimas menggali budaya yang ada di Cirebon seperti Tarling dan Tari Topeng. Daripada mubazir keberadaannya. Namun Dhimas menolak, karena di Cirebon suasananya horor. Bahkan penari bisa kesurupan. Tapi kantor tidak mau tahu.

Saat asyik di atas pohon mangga, tiba- tiba ada suara cewek teriak- teriak maling mangga, kontan Dhimas kaget, Dhimas turun
Ternyata cewek yang menuduh maling mangga, adalah Ningsih (22/P) yang tadi jadi penjual terasi di festival budaya. Dhimas  mengatakan kalau dia adalah wartawan majalah ternama di Jakarta, dia dekat dengan pejabat, dan artis ibukota, tidak mungkin jadi maling mangga, Dhimas menjelaskan dirinya hanya telpon di atas pohon karena sulit sinyal. Dhimas mengatakan desa ini horor, orang- orangnya juga horor.

Mendengar keributan, muncul laki- laki tua bersahaja. Dia adalah Pak Surya (50/L), Pak RT di Desa tersebut yang tak lain adalah Bapaknya Ningsih. Pak Surya mempersilahkan Dhimas masuk ke rumahnya, dia menyuruh Ningsih buatin minum.

Dhimas menceritakan semua kejadian yang dialaminya, Dhimas meminta kepada Pak Surya untuk diperbolehkan menginap beberapa hari di rumah Pak Surya, karena di desa tersebut dia belum tahu ada penginapan atau hotel di mana. Sembari menyusun rencana kedepan terkait tugas- tugasnya. Ningsih menolak, namun Pak Surya tidak keberatan. Dia mempersilahkan Dhimas menginap beberapa haripun selama yang iya mau. Namun Pak Surya mengatakan tidak bisa menjamu dengan yang enak- enak. Dan Dhimas mengatakan apa yang diberikan keluarga Pak Surya sudah istimewa. Ketika minum teh, Ningsih memasukkan garam pada tehnya. Hal ini membuat Dhimas terus diare semalaman.
Pak Surya mengajak Dhimas ke Sanggar budaya memperkenalkan kesenian budaya adat Cirebon  kepada Dhimas, awalnya Dhimas ketakutan karena penampilan penari topengnya menyeramkan. Pak Surya meminta jangan takut,  itu hanya bagian dari sebuah cerita, bagaimana prajurit kerajaan jaman dahulu Jaman Prabu Siliwangi dengan gagah berani melawan musuh.

Dhimas pun antusias dengan cerita Pak Surya, dan saat diamati tarian- tarian tersebut lama- lama terlihat unik dan menarik. Dari segi fotografi juga sangat terkesan dan memiliki nilai seni yang tinggi.

Sementara itu Ningsih curhat sama Pak Surya, kenapa usaha terasi keluarganya tidak bisa berkembang. Penjualan rame hanya ketika ada festival budaya di Cirebon. Dan Pak Surya meminta agar Dhimas bisa membantu. Karena Dhimas dianggap punya banyak kenalan di Jakarta yang bisa membantu pemasaran produk terasinya. Namun Ningsih tidak yakin.

Dhimas menghubungi rekannya di Jakarta David (25/L) seorang pengusaha penyuplai bumbu dan bahan- bahan makanan Restoran dan Hotel se Jakarta. Pesanan lancar, hubungan Dhimas dan Ningsih semakin baik di sini. Dhimas yang awalnya tidak suka bau terasi, dia kemudian jadi akrab dengan terasi. Dan dia pun mencoba ikutan membuat terasi.

Jajang (25/L) yang dipercaya sebagai mandor di tempat pembuatan terasi yang sudah lama menyukai Ningsih, merasa tidak senang dengan kedekatan Dhimas dan Ningsih. Hal ini membuat Jajang melakukan sabotase. Dia membuat terasi bikinan Dhimas menjadi berkualitas jelek dan membuat beberapa konsumen keracunan, hal ini membuat David menghentikan permintaan. Ningsih marah- marah ke Dhimas. Apakah ini cara Dhimas membalas kebaikan keluarga Ningsih yang sudah memberikan tumpangan kepada Dhimas selama melakukan penelitian di Cirebon. Selain itu Dhimas juga diam- diam menjual terasi melalui internet. Dan ini dianggap, Dhimas mau menyaingi usaha keluarga Ningsih.
Dhimas meminta maaf kepada Ningsih, bahwa yang dilakukan oleh Dhimas di internet bukan untuk menyaingi usaha terasi keluarga Ningsih. Namun justru membantu pemasaran terasi. Namun Ningsih tidak mau tahu. Pak Surya mencoba mendinginkan suasana, namun Ningsih sudah tidak mau melihat wajah Dhimas lagi.

Dhimas kebingungan mau ke mana, deadline naskah tentang Budaya  Cirebon pun semakin dekat. Sementara dia baru mengumpulkan artikel tentang Tarling dan Tari Topeng saja. Dia bingung mau nulis artikel tentang apalagi. Sementara Bos majalahnya dari Jakarta mau datang bersama sponsor yang mendanai majalah tersebut ke Cirebon. Dan meminta Dhimas mempresentasikan hasil penelitiannya selama di cirebon.

Ningsih bingung, kenapa banyak pesanan terasi masuk di hapenya dari berbagai Rumah Makan yang ada di berbagai daerah seluruh Indonesia, Ningsih teringat akan Dhimas yang memposting jualan terasi di internet. Dia bimbang dan merasa menyesal mengusir Dhimas.

Saat mau mengecek persediaan terasi, dia mendengar keributan Jajang mandornya dengan anak buahnya. Karena anak buahnya menuntut upahnya, setelah dijanjikan dapat uang 10 juta jika mau meracuni terasi yang dibuat dhimas pada waktu itu. Dan tidak dikasih hingga terjadi percekcokan tersebut. Hal ini membuat Ningsih Murka dan melaporkan Jajang dan anak buahnya ke Polisi.

Jajang teriak- teriak, karena selama ini dia mencintainya, dan bersusah payah membuat usaha terasinya tetap berjalan. Namun cinta Jajang yang membuat Dhimas terusir membuat Jajang harus berurusan dengan polisi.

Ningsih kebingungan harus mencari Dhimas kemana lagi. Pak Surya melihat Dhimas di Sanggar. Pak Surya meminta maaf kelakuan puterinya. Dhimas pun sudah ikhlas. Dhimas pun curhat bingung bos nya dari perusahaan majalah beserta sponsor mau datang dan meminta dirinya untuk presentasi.

Saat pagelaran festival budaya Cirebon mulai, banyak tamu yang datang. Termasuk bos Dhimas dari Jakarta beserta para tim yang mau mesponsori.
Dhimas pun presentasi seadanya terkait Tarling dan Tari Topeng, dan sedikit cerita tentang Terasi. Saat cerita tentang terasi. Para sponsornya antusias. Para sponsor mempertanyakan apa itu terasi, Dhimas kebingungan, dan di sini tiba- tiba Ningsih muncul. Ningsih menjelaskan apa itu terasi. Terasi sebagai bahan sambal yang enak. Dihidangkan berbagai makanan. Hal ini membuat para sponsor tertarik. Terasi adalah warisan budaya kuliner dari Cirebon. Para Sponsor pun deal untuk memasarkan ke luar negeri, dan meminta majalah diedarkan di pesawat internasional. Bos Majalah pun mengatakan "Kerja bagus Dhim!!!"
Dhimas hanya tertegun melihat Ningsih.

-Selesai- 

NB: Sinopsis FTV diatas belum diproduksi, jika anda tertarik bisa menghubungi penulis melalui email adit14.mahatva@gmail.com

Tentang Penulis:

Adit Mahatva, Lahir di Balikpapan Kalimantan Timur, tahun 1990. Seorang Wartawan dan Penulis Skenario. Cerita dan Skenario pertama FTV Religi berjudul Insya Allah Halal tayang di SCTV tahun 2017. Penulis bisa dihubungi di email adit14.mahatva@gmail.com atau interaksi melalui twitter dan Instagram @aditmahatva

Keajaiban Cinta


Ada satu hal yang membuatku percaya keajaiban
Yaitu cinta
Sulit untuk menjelaskannya
Namun semua orang bisa merasakannya

Cinta adalah keajaiban
Membuatmu melihat apa yang tidak terlihat 
Dan membuatmu percaya apa yang mustahil untuk dipercaya

Layaknya kekuatan tanpa batas 
Cinta dapat mengalahkan logika

Percayalah keajaiban itu datang kepada mereka yang masih mempunyai harapan

Kepada mereka yang masih percaya
Dan kepada mereka yang mempunyai keberanian untuk memperjuangkannya

Semenjak hari itu, saat ku mengenalmu. 
Aku memilih jadi pemberani.

Turen Malang- Rabu 6 Desember 2017

Surat Kecil Untuk Menteri Sri Mulyani

Foto : Instagram Sri Mulyani @smindrawati Ada anak SD bernama Fadavi yang berkirim surat untuk keinginannya memiliki emas 1 kg dan 2...